Januari 31, 2011
KISAH AKHIR TAHUN KU
Ketika mega merah, matahari tenggelam dan ia akan segera kembali beristirahat, menghilangkan lelah dan penat seharian. Ia sudah banyak mengeluarkan energi pagi hingga menjelang maghrib. Aku baru pulang ketika 30 menit lagi adzan maghrib berkumandang. Hari ini hari senin, ketika hari senin tiba semua aktivitasku kembali seperti biasanya. Selamt datang hari yang penuh dengan lelah dan penat. Segera kubayar tukang ojek yang kutunggangi, karena tidak ada uang pas aku berikan saja ia 5rb rupiah. Tapi anehnya aku dikasih kembalian 2rb seharusnya 3rb. Karena selama ini yang aku tahu, ongkos ojek dari sekolah sampai rumah Cuma 2rb, tapi aku pikir yaa tak apalah itung-itung buat amal. Segera ku masuk rumah.
“Assalmualikum”
“Walaikumsalam, ekskul apa hari ini, kok baru pulang?” ayah bertanya pada ku
“Tadi nemenin temen-temen latihan Rebana, buat lomba sabtu depan, karena aku tadi yang cari pelatih.”
Itu yang aku suka dari ayah, beliau sellau percaya padaku, jadi aku sellu takut berbohong dengannya. Ayah selalu percaya bahwa apa yang aku lakukan itu yang trbaik untukku. Dengan kepercayaan besar yang ayah berikan padaku, tak sedikitpun aku bohongi ayah dan juga pasti ibu. Ketika kulangkahkan kaki kedapur, ibu sedang mencuci piring. Seharusnya setiap sore tugasku menyapu dan mencuci piring. Tapi mungkin menurut ibu aku terlalu capek jadi ibulah yang mengerjakan tugasku. Lain halnya dengan ayah, ibu banyak mengeluhkan capeknya ia seharian tanpa dibantu aku, seolah-olah akulah yang salah, akulah yang membuat ibu kecapain, dan dalam kondisi seperti ini aku selau merasa aku salah dan selamanya akan salah. Walau hanya beberapa menit ibu bersikap seperti itu. Tapi sangat membekas dihatiku, takut jika aku selalu mngecewakannya. Takut jika hadirnya aku malah merepotkan ibu. Hari ini ketika aku harus pulang menjelang Maghrib, dan sebelnya ibu padaku, dan malunya aku dirohis. Sungguh tak kubayangkan sebelumnya jika hari ini akan banyak cobaan-cobaan dariNYa.
Mbak Ziyah menyampaikan maafnya kepada kami bertiga. Sebenarnya tak perlu meminta maafpun tak apa. Memeng ada sedikit rasa kecewa dihatiku, tapi entah dihati lita dan tia apakah mereka kecewa?. Hari sabtu dimana aku dan Reni harus bolak-balik gading – purworejo, lebih dari tiga kali, dalam waktu 1 jam. Harus memberanikan diri sok kenal sok dekat sama orang yang sama sekali tidak aku kenal. Aku tahu kalok Mas ini, pelatih ya.. dari mulut kemulut. Alamt rumahnya juga tanya sana-sini. Ketika hari minggu aku korbankan acara jalan-jalanku, bimbelku, untuk bertemu Mas pelatih, dan sampai samapai aku jatoh dari motor. Sehingga kuputuskan untuk pulang dan tak menunggu Mas pelatih. Sore hari, Mas pelatih malah datang kerumahku, tanya kenapa gak jadi latihan. Yaa kuceritakan apa yang terjadi. Dan hari ini ketika kami bertemu Mas pelatih dan aku yang mereka anggap lebih kenal mas pelatih, harus mempersilahkanya. Tapi ketkitak aku harus bermain rebana, sungguh memalukan ditambah ada yang bilang sadar atau tidak sadar “aduhhh kamu kok telmii banget”. Langsung aku ngedwon. Jujur pada saat itu aku merasa bagaikan api yang disiram hujan es. Segera rasanya ingin kubenturkan kepalaku ke tembok musholah. Karena bodohnya aku, dan lagi –lagi mas pelatih dan temanya mesam-mesem sekaligus tertawa dengan ketidak nalaranku. Huuuuuussssshhhhh,,,, STOP, sudah cukup menghina diri sendiri, sekarang segera kembali bangun pondasi semnagtku dengan batu tekad, serta campuran ketekunan dan do’a. Mereka mengatakan aku seperti ini, agar aku mampu menjadi aku yang lebih baik daripada mereka.
0 komentar:
Posting Komentar